Sunday, March 28, 2010

pelajaran penting hari ini

Minggu ini sedikit berbeda dari minggu-minggu lalu. Ada kesibukan yang menguras tenaga dan waktu pagi ini. Saat gue masih setengah sadar, berbagai tugas sudah menanti untuk dikerjakan. Seketika minggu bebas gue berubah menjadi hari 'ngebabu' lokal. Karna cuman gue dan nyokap yang kerja keras sedangkan abang-abang gue yang lain masih terlelap dikamar masing-masing. Gini deh, jadi anak cewe.

Okelah, gue kebagian beres-beres rumah, sedangkan nyokap masak-memasak. Ruang tamu menjadi sasaran pertama gue. Debu-debu bertebangan disana-sini membuat udara sesak. Perabot-perabot serta buku-buku yang bertebaran dimeja telah dikembalikan keposisi semula. Sepatu, sendal sudah tersusun rapi di rak-rak. Lantai sudah kinclong dan akhirnya tugas gue selesai. Tapi, 1 spot favorit gue belom diberesin, apalagi kalau bukan meja komputer. Kertas,buku,kalkulator,kacamata,kunci, dan hal-hal lain berserakan. That's my next job.

Seharusnya sih, melihat rumah sudah rapi dan bersih kerjaan gue kelar. Tapi, mumpung gue lagi rajin (ini jarang sekali terjadi) sekalian aja sepatu ama tas gue cuci, sehubungan juga dengan masa liburan UN yang akan segera berakhir.

Baju gue udah basah dengan peluh. Saatnya mandi..

Akhirnya, rombongan tamu penyebab hari ngebabu ini tercipta datang. Sanak saudara dari kampung datang berkunjung. Sekalian membawa buah tangan kue sapik, kamaloyang, rakik kacang dkk. Nyokap sibuk nyiapin makan siang sedangkan gue?
hehehe..

Rombongan tamu yang cewe pada masuk kekamar gue yang asli, belom sempet gue bersihin. Dengan malu-malu gue memungut baju-baju dan kertas-kertas yang berserakan dilantai dan meja. Bermacam komentar terlontarkan. Setelah mereka puas mengomentari kamar gue yang 11, 12 ama kapal pecah mereka berpindah keruang keluarga. Langsunglah gue ngerapiin kamar dengan kecepatan tinggi. Dan hwala.. 15 menity kemudian semua sudah berada pada tempatnya.

Setelah selesai makan siang, azan pun berbunyi. Semua tamu yang rata-rata cewe memenuhi kamar gue untuk bergantian melaksanakan solat dzuhur. dan tebak apa yang selanjutnya terjadi!!

"Tiwi, scrub buat pencuci mukanya mana?" jeglerr. mampus, gue ga tau apakah benda semacam itu ada dirumah ini. Gue ngubek-ngubek kamar dan toilet mencari barang yang ditanyakan itu. Untunglah ternyata ada. Selanjutnya benda yang dicari adalah bedak padat. Beuhh, sekali lagi untung gue punya. Syukurlah mereka menanyakan hal-hal yang tidak terlalu extreme. Apa jadinya kalau yang diminta itu maskara, lipstik, atau blush on???

Karna memang gue ga punya hal-hal yang seperti itu. Gue si, natural aja. hehe (ga bisa dandan). Karna tingkat kecewean gue rada rendah.. :D

mungkin pelajaran hari ini adalah Selalu sediakan scrub pencuci muka dan bedak dirumah karna sewaktu-waktu sepupu anda bisa memintanya Ting.. ting..

Thursday, March 18, 2010

Harmonium tua


Senin selasa rabu kamis.. jum'at sabtu minggu, hari minggu tak sekolah..

Kalau gue bilang hari Minggu adalah hari MERDEKA untuk para siswa, setuju kah? Gue pribadi sih iya banget.

Weekday penuh diisi dengan segala hal yang berbau edukasi. Mulai matahari baru nongol sampai matahari udah tenggelam pun, kadang gue masih mengedar disudut-sudut kota (untuk apa?) tentulah untuk melakukan kegiatan 'menuntut ilmu'.

Prinsip gue, Minggu itu waktunya istirahat full, ga ada les, ga ada kegiatan lain diluar rumah. Full seharian dirumah!! Melakukan hal-hal yang ga bisa gue lakukan di weekday. Kalau dibikin istilahnya sih, 'hari mangalai-ngalai' :P

Apapun itu, yang pasti jangan paksa gue untuk keluar dari rumah kecuali kalau gue yang punya inisiatif sendiri.


Okeii
Minggu lalu, gue sedikit melenceng dari kebiasaan minggu itu. Gue ga full day at home. Kali itu gue pergi maen kerumah nenek yang jaraknya kira-kira 500 meteran dari rumah gue. Deket memang, cuman terakhir kali gue kesana sebulan yang lalu si.

Nyampe rumah nenek, biasalah gue main dulu sama sepupu-sepupu yang asli pada rese. Tapi, gue paling seneng gangguin tu makhluk pada ampe mewek trus pada ngadu sama nyokapnya. but weits.. gue ga bakal dimarahin si, palingan tante gue itu cuman ketawa doang. so.. aman!

Udah 3 jam lebih gue disana. Si Lani, sepupu yang masi bayi udah tepar. Ga ada lagi yang enak gue gangguin. Alhasil tangan-tangan ini mulai lincah merogoh-rogoh benda apa saja yang ada disekeliling gue. Mulai dari biskuit regal, oreo album foto jadul sampai kesuatu benda klasik yang sudah dari dulu gue amati. Tapi ga punya keinginan untuk mencari tau nama, kegunaan dan cara memakainya.

Akhirnya, sore itu gue menurunkan alat musik yang mirip piano itu kedepan pintu rumah agar bisa lebih jelas mengamatinya. Debu bertebangan saat gue membuka penutup yang terbuat dari rajutan itu. Gue pencet-pencet tuts benda itu berharap bisa mendengar bunyi yang dihasilkannya. Namun tak ada bunyi yang keluar. Apakah benda ini rusak? Gue tanyakan pada si empunya. "Nek, gimana cara maininnya nih?". "Tarik tuas yang putih itu, lalu kipas dibelakangnya" nenek menjelaskan.

Oke,sebatas menarik tuas putih, gue paham dan bisa. Cuman, apanya yang musti dikipas? Dikipas pake tangan gitu? atau gimana? gue bingung. Kiki, sepupu cowo gue sepertinya lebih kreatif mengutak atik bagian belakang dan Huwalaaaaa...
Terdengarlah bunyi lembut dari benda itu yang ternyata bernama HARMONIUM, bukan harmonika loo

Cara kerja harmonium ini adalah, hanya akan berbunyi saat tuas yang ada didepannya ditarik dan dipompakan udara kedalamnya. Bagaimana cara memompakan udaranya? Yaa, dibagian belakangnya ada kipas yang bisa kita tarik kedepan dan belakang sehingga udara masuk dan harmonium berbunyi saat tutsnya dipencet.

Entah bagaimana cara memainkannya yang benar, tapi biar ga ribet gue berkoordinasi sama kiki untuk memainkannya. Kiki bagian ngipas, dan gue bagian main :P
Sungguh koordinasi yang menyenangkan, karna gue pihak yang diuntungkan hehe

Thursday, March 11, 2010

Dust in the Wind

kelas gue pasca G30S Pdg



Suatu siang cerah, angin berhembus begitu kencangnya dan menerbangkan dedebuan, nyaris membutakan mata.

Nama blog ini memang Gadis Negri Debu. Hanya saja kali ini, debu yang menjadi perhatian berbeda dengan sang debu yang selama ini menemani hidup gue.

Beberapa hari yang lalu, gue cuman mendapatkan teriknya matahari yang panasnya menyengat sampai keubun-ubun disiang hari dan dingin yang menusuk tulang di malamnya. Sungguh, pancaroba kah sekarang?

Hari ini, matahari tidak terlalu bersemangat menyinari Kota Padang. Awan bergumpalanlah yang senantiasa menaungi langit kota. Sedangkan matahari hanya bisa mengintip dibaliknya. Angin yang berhembus menjadi pelengkap.

Kehadiran sang angin begitu gue syukuri awalnya. Karna suasana kelas yang biasanya panas dan pengap sejenak berganti menjadi sejuk dan damai. Sesuatu yang ga bakal gue rasain dikelas lama yang sejuknya buatan (AC). Jilbab pramuka yang gue kenakan berkibar bak bendera merah-putih saat upacara bendera.

Semakin lama, sang angin makin menampakkan eksistensinya. Hembusannya yang awalnya sepoy-sepoy dan damai mulai berubah ganas dan mengerikan. Tak kenal ampun, menerbangkan semua hal yang dilaluinya, debu, kertas,sampah sampai tong sampah.

Membuat tirai bambu penghambat sinar matahari dan hujan masuk ke kelas berkibar dengan agresif. Berayun ke depan ke belakang dengan gerakan yang ga seirama. Bukan sesuatu yang indah gue rasa, cuman terlihat eksotis. Awalnya bergerak menjauhi dinding kelas (baca: triplek dan jaring-jaring tipis), meliuk-liuk diudara dan sesaat kemudian menghembaskan tubuhnya dengan sekuat tenaga ke triplek tak berdosa itu, lalu 'dum'. Menciptakan suara ribut yang mengagetkan seisi kelas. Ini bukan perkara 1 tirai bambu, namun berlusin-lusin tirai yang menaungi 9 kelas darurat yang dibangun dilapangan sekolah gue. Dan bagaimana hasilnya? tepat, suasana bising,gaduh dan berisik memenuhi semua kelas. Otomatis, konsentrasi buyar.

Untuk berkonsentrasi dikelas yang hanya berbatasan triplek dimana tak ada pintu dan jendela untuk meredam suara bising dari luar saja sudah susah. Apalagi ditambah suara dentuman-dentuman tirai-tirai bambu itu. Sulit.

Berjam-jam proses PBM gue berusaha memusatkan konsentrasi. Ditambah lagi, ada ulangan matematika bab limit. Namun semua itu bisa gue lalui.

Jam pulang sekolah, gue ada tugas extra buat nempel beberapa foto kartini muda (karmud) dan hatta muda (hatmud) di mading sekolah. Perkara tempel-menempel ini tidak menjadi soal buat gue. Yang jadi masalah, anginnya itu lo. Membuat artikel-artikel dan gambar-gambar yang tertempel disana copot karna kaca pentupnya gue buka. Nambah lagi satu kerjaan, merapikan tempelan mading. Tapi finally, semuanya teratasi :)

Ternyata ga cuman dust in the wind. Tapi juga garbage in the wind dan bamboo curtains in the wind

Sunday, March 7, 2010

Unlucky girl episode 2


Untuk kesekian kalinya, gue yakin. Gue emang ga hoki gede dalam permainan yang bertema 'untung-untungan'.

Ini dibenarkan kemaren malam, waktu gue menghadiri salah satu acara kantor bokap gue. Kejadian setahun lalu terulang kembali. Emang dasar deh, unlucky girl gue..

So, seperti biasa ada sehari dalam setahun, kantor bokap gue ngadain acara yang namanya IMCL. Hmm,, semacam ajang silaturahmi gitu lah. Diacara itu, yang paling khas adalah acara hiburannya. Main KIM bertabur hadiah yang lumayan gede (hehe). TV plasma dopersembahkan sebagai hadiah utama.

Setelah sebelumnya kelar makan malam dan berbagai macam sambutan serta nyanyi-nyanyian dilantunkan, acara hiburan yang ditunggu-tunggu dimulai. Uwo yang bertugas memandu permainan hadir dengan tabung aluminium ditangan. Benda yang gue tau persis gunanya tapi ga pernah tau namanya. And yaa si MC mempertanyakan apa nama benda itu. 'Kuncang-kuncang' begitu si uwo menamainya.

Pelayan catering sudah sibuk berlalu-lalang membawa sepiring kacang rebus dan dakak-dakak untuk setiap mejanya, sebagai cemilan saat bermain nanti. Disusul dengan gelas-gelas sekoteng sebagai pelengkap. dan permainan pun dimulai.

Uwo mulai berdendang dan mengeluarkan batu-batu nomor dari dalam kuncang-kuncang, dengan pembawaanya yang riang dan mampu mengajak bergembira serta dapat mengusir rasa bete gue sebelumnya.

Malam semakin larut dan rasa kantuk mulai menyergap. Namun permainan tetap berlanjut. Mulai dari kertas kim pertama sampai yang terakhir pun, memang gue ga bisa menyelesaikan satu baris angka-angka itu.

Ah, memang gue ga pernah hoki dalam hal semacam ini.
Namun sedikit beda dengan tahun lalu, gue ga hampir nyaris ngedapetin hadiah utama tapi memang tak bisa mendapatkannya. Namun tak apalah, toh tujuan utama permainan ini untuk have fun saja, dan gue menikmatinya.

Akhirnya permainan berakhir. Ditutup dengan pembacaan do'a yang menghantar acara malam itu ke penghujungnya.
Satu-satunya yang gue harapkan saat itu adalah memeluk erat guling dikamar dan tidur
Zzzz Zzzz

Monday, March 1, 2010

Saat inet mati suri


3 hari belakangan hidup gue berasa ga sehidup biasanya. Ada yang kurang, ada yang hilang. Kalau inul bilang sih bagai sayur tanpa garam kurang enak kurang sedap. Kenapa eh kenapa??

Ya karena eh karena, internetku sempat mati suri. Marilah kita flashback kronologis tragedi yang sempat merenggut nyawa si inet selama beberapa hari.

Alkisah, disuatu siang menjelang sore yang mendung, gue sedang menjalani hidup gue seperti biasa. Menghabiskan berjam-jam waktu dalam sehari untuk menjalani hidup gue didunia lain itu. Dunia punya tetangga :P

So, saat gue sedang terhanyut dalam kegiatan browsing, chating dan sebagainya mendung diluar sana perlahan berubah menjadi titik-titik hujan yang makin lama makin deras dan mengganas. Terucap sebentuk syukur dalam hati untung udah nyampe rumah sebelon ujan.

Hujan sepertinya tak puas menampakkan keganasannya diluar sana. Ia pun ingin menunjukkan eksistensinya didalam rumah. Mencoba masuk menerobos lubung-lubang kecil yang terbentuk diatap dan merembes melalui kayu profil. Membuat lantai rumah gue becek seketika.

Atas jasa beberapa ember plastik masalah itu teratasi, dan hidup pun berlanjut.
Hujan tak begitu gue hiraukan lagi. Bunyi gemericik air lumayan syahdu terdengar dikuping gue.. awalnya. Ternyata kilat dan petirpun tak mau kalah dengan hujan. Mereka bersama-sama membuat atraksi alam dilangit. Dengan lighting dari kilat dan sound effect dari petir serta efek dramatis dari hujan membuat gue sedikit merinding.

Semakin lama, petir dan kilat makin menjadi-jadi, sepertinya mereka terlalu bersemangat hari itu. Ya.. memang begitulah kenyataannya.
Tiba-tiba salah satu petir dalam rombongan pawai alam itu (mungkin itu ketuanya) mengeluarkan tenaganya sekuat mungkin. Jeglerrrr..

Sontak gue kaget setengah mati, refleks tangan langsung mengusap-usap dada. Ga cuma gue yang kaget ternyata. Ketua petir itu juga mengegetkan monitor gue yang sontak mati beberapa detik. Ya ampun, bener-bener dah itu petir.
Okelah, sudah berlalu ini. lupakan soal petirnya.

Gue mengetikkan sesuatu dichatingan YM. Kok ga bisa ke send sih pesannya?
What? gue langsung idle. Semua tab yang lagi loading berenti mendadak dan mengeluarkan tulisan Server not found. Heh? apa-apaan ini? Mungkin efek petir barusan. Gue refresh berharap koneksinya balik. Gue cek ping, Tapi timed out mulu..

Gue simpulkan, koneksi putus gara-gara petir barusan dan beberapa saat lagi bakalan balik. Tapi gue tungguin beberapa lama, tetep ga ada respon. Akhirnya, gue matiin aja dah itu kompi. kesel juga sih..

Setelah dijajal lagi malamnya tetep ga bisa. Besoknya.. Besoknya lagi.. Besoknya lagi.. tetep sama. Tak ada koneksi..

Dan begitulah kisah mati surinya inet gue.

Sampai akhirnya barusan dia kembali.. :)

nb: hati-hati terhadap petir. waspadalah.. waspadalah.. ting